Wellcome To http://yanzheinjeksi.blogspot.com/ Alamat Jln. Lasitarda Kel.Kambu - Andounohu (Kendari/Sultra) Phone 082346090036 Email: wayan_sukanta@rocketmail.com

Halaman

Mars Dan Sejarah PPNI Di Indonesia



Sejarah PPNI.Setelah kemarin belajar mengenai Pelopor Keperawatan maka hari ini Blog Keperawatan akan berbagi mengenai organisasi daripada para perawat di Indonesia.SEperti yang kita ketahui bahwa tiap organisasi tentunya mempunyai induk organisasi dan induk organisasi dari perawat sendiri adalah PPNI atau Persatuan Perawat Nasional Indonesia dan semoga artikel pengertian PPNI / Persatuan Perawat Nasional Indonesia bermanfaat sahabat.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat indonesia, didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah / organisasi nasional (fusi dan federasi). Sebagai fusi dari beberapa organisasi yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan baik dalam bentuknya maupun namanya. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921.

Pada saat itu profesi perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilaksanakan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942. Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi Keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945 – 1954 yaitu Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI). sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK) karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kurun waktu 1951 – 1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959 – 1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.

Tujuan dan Objektif PPNI Sebagai organisasi profesi yang berorientasi pada kebutuhan kesehatan masyarakat, yang tercermin dalam rencana strategik PPNI yang meliputi :

Terwujudnya Undang-Undang Praktik Keperawatan serta berfungsinya Konsil Keperawatan Indonesia dalam rangka menjamin perlindungan terhadap masyarakat dan profesi keperawatan.
Bersatunya perawat yang komit dengan kepemimpinan yang kuat untuk membawa perubahan terhadap pendidikan dan pelayanan keperawatan
Terbentuknya Sistem Penghargaan dan Jejaring Karir Professional bagi perawat yang didukung oleh Sistem - Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan yang kuat.
Terwujudnya Pusat Sistem Informasi Keperawatan Indonesia.
Meningkatnya kinerja organisasi profesi keperawatan dengan Pengurus Pusat yang kuat.
Meningkatnya citra perawat profesional.

Visi dan Misi PPNI
PPNI telah mendefinisikan visi dan misi yang direfleksikan di dalam Rencana Bisnis PPNI (2002-2010).
Visi :

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah nasional yang memiliki kekuatan suara komunitas keperawatan dan peduli terhadap pemberian pelayanan / asuhan keperawatan yang bermutu bagi kepentingan masyarakat.

Misi :
Menguatkan manajemen dan kepemimpinan PPNI untuk mencapai organisasi yang berwibawa jejaring yang kuat di tingkat kepengurusan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Komisariat.
Mendukung perawat Indonesia untuk melakukan praktik keperawatan yang aman, kompeten dan professional bagi masyarakat Indonesia.
Menjadi pintu gerbang standar keperawatan regional dan internasional.
Keanggotaan PPNI
PPNI mempunyai 3 jenis keanggotaan yaitu: Anggota Penuh, Anggota Muda, Anggota Kehormatan. Semua kategori perawat dapat menjadi anggota PPNI. Pada tahun 2002, PPNI mempunyai kepengurusan daerah sebanyak 29 pengurus tingkat provinsi, 336 pengurus tingkat kabupaten/kota dan lebih dari 2500 pengurus tingkat komisariat. Menurut hasil laporan sensuses bulan Maret 2002, terdapat 69.938 (27.97%) dari total 250.000 perawat termasuk perawat vocational dari 25 total 28 provinsi adalah anggota PPNI. Sekarang PPNI mempunyai 29 pengurus tingkat provinsi dari 30 provinsi yang ada. Provinsi baru, yaitu Bangka and Belitung dalam dua bulan ke depan akan mempunyai Kepengurusan tngkat provinsi. Dan kemudian, semua struktur PPNI akan meliputi semua daerah yang ada di Indonesia untuk memperkuat jaringan kerja PPNI.

Demikian tadi sahabat mengenai organisasi yang menaungi keseluruhan perawat di dalam Indonesia yaitu PPNI.Dan semoga bermanfaat sahabat.Dan marilah kita para teman sejawat para perawat untuk senantiasa menjunjung tinggi keorganisasian kita semua


Download Lagu Mars PPNI >> DI SINI

Aksi Perawat Kendari

Pengen Nonton Video ini Silahkan Klik >> DOWNLOAD

Hecting

STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP)

Menjahit Luka



1. Tujuan
· Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan luka agar tidak terjadi infeksi lanjut.
· Mempercepat proses penyembuhan.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup tindakan menjahit luka yaitu dilakukan pada pasien/klien yang sedang mengalami luka.

3. Kriteria Pencapaian
Criteria pencapaian prosedur menjahit luka ini, yaitu:
· Pasien merasa nyaman.
· Mempercepat proses penyembuhan luka.
· Menghindari agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut.
· mendekatkan tepi-tepi luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan sampai tensile strength luka tersebut dapat tersambung.

4. Definisi
Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi-tepi luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan sampai tensile strength luka tersebut dapat tersambung.

5. Uraian Umum
Luka adalah terputusnya kontinuitas dari suatu jaringan yang disebabkan oleh karena trauma. Klasifikasi luka:
a) Menurut keadaan hubungan dengan dunia luar.
· Luka terbuka ( vulnus apertum), adalah luka dimana kulit mengalami kerusakan sehingga nampak jaringan di bawah kulit.
· Luka tertutup ( vulnus vocclusum ), adalah luka dengan kerusakan jaringan di bawah kulit, sedang kan kulit tidak mengalami kerusakan.

b) Menurut berat ringannya.
· Vulnus simplek, adalah luka yang hanya mengenai jaringan kulit.
· Vulnus komplikatus, adalah luka yang mengakibatkan kerusakan selain jaringan kulit juga jaringan di bawahnya, misalnya jaringan syaraf , otot , pembuluh darah dsb.
c) Menurut bactieriologinya
· Luka steril: luka yang sengaja dibuat dan steril, misalnya luka operasi.
· Luka bersih terkontaminasi : luka yang menembus saluran nafas atau saluran cerna.
· Luka kontaminasi: luka yang kemungkinan sudah kemasukan kuman tapi belum ada tanda-tanda infeksi, dihitung sampai batas waktu 6 - 8 jam setelah terjadinya luka.
· Luka infeksi : luka yang sudah melebihi batas waktu 6 - 8 jam atau bila sudah ada tanda-tanda infeksi.


6. Standart Tenaga
· 1 orang dokter umum
· 1 orang perawat


7. Standart Alat Dan Bahan
· Medis
Tromol steril berisi :
ü Sarung tangan steril
ü Duk steril
ü Set alat bedah minor
ü Benang jahit
ü Jarum jahit
ü Kassa steril
ü Cairan normal saline (NaCl 0.9%)
ü Cairan antiseptic
ü Korentang steril dan tempatnya
ü Obat anastesi
ü Plester
ü Gunting plester
ü Kom steril
ü Tempat sampah medis
ü Disposable syringe
ü Larutan H2O2/perhidrol



· Non medis
ü Bed tindakan
ü Foot step
ü Meja instrumen
ü Lemari alkes
ü Status pasien
ü Lembar Informed Consent
ü Tempat sampah tertutup non medis
ü Lembar rujukan
ü Alat tulis
ü Tempat cuci tangan dengan air mengalir
ü Sabun cair
ü Handuk kecil
ü Sikat tangan
ü Lembar resep dokter
ü Tirai / sketsel
ü Selimut
ü Lampu tindakan
ü Buku register pasien rawat jalan
ü Perlak dan pengalasnya


8. Prosedur Tetap
a. Mengucapkan salam kepada pasien
b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur
c. Melakukan tindakan
d. Mengakhiri prosedur dengan baik
e. Permisi kepada pasien dan keluarga
f. Mendokumentasikan tindakan


9. Prosedur Operasinal Tetap
a. Mengucapkan salam kepada pasien
ü Mengucapkan salam (selamat pagi/selamat siang/selamat malam) kepada pasien.
ü Menanyakan nama pasien yang akan diberi tindakan.


b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur
ü Memberitahu nama kepada klien (Saya A yang akan mejahit luka bapak).
ü Menjelaskan tujuan dilakukannyan tindakan ini (Bapak, tujuan dilakukanya tindakan ini yaitu agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut dan luka bapak cepat sembuh)
c. Melakukan tindakan.
ü Cuci tangn dan keringkan, kemudian pakai sarung tangan bersih.
ü Menyiapkan alat.
ü Bersihkan luka dengan cairan antiseptic
ü Ganti sarung tanggan dengan sarung tangan steril.
ü Jaringan disekitar luka dianestesi
ü Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline (NaCl 0.9%)
ü Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2O2/perhidrol 10%.
ü Pasang duk lobang
ü Gunakan jarum untuk menjahit kulit, masukan benang kelubang jarum, pada penggunaan jarum melengkung (curved needle)dari arah dalam keluar.
ü Pegang jarum dengan menggunakan klem kemudian mulai menjahit luka
ü Jika luka dalam sampai jaringan otot, maka jahit lapis demi lapis(jenis benang disesuaikan dengan jaringan yang robek, contoh: catgut, chromic, side dll.
ü Ikat benang dengan membentuk sampul
ü Potong benang, sisakan sepanjang 1 mm (untuk jahitan dalam), 0.65 cm (jahitan luar)
ü Lanjutkan jahitan luka sampai luka tertutup
ü Oleskan normal salin/ desinfektan pada jahitan
ü Tutp dengan kasa steril
ü Pasang plester/hifafix


d. Mengakhiri prosedur dengan baik.
ü Merapikan pasien dan menanyakan respons pasien terhadap tindakan yang kita lakukan (bapak tindakan sudah kami lakukan bagaimana perasaan bapak setelah kami jahit lukanya).
ü Melepas sarung tangan dan memberisihkan alat.
ü Mencuci tangan
e. Permisi kepada pasien dan keluarga.
ü Permisi dengan pasien dan keluarga dengan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya (bapak terimakasih atas kerjasamanya sekarang saya akan kembali melakukan tugas saya yang lain bapak bila ada sesuatu bapak atau keluarga bapak bisa panggil saya diruang perawat, selamat siang bapak).
f. Mendokumentasikan tindakan.



10. Referensi
Suparmi, Yulia, dkk. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia: Panduan Praktik Keperawatan. Klaten: Intan Sejati.
Kusyati, Eni, dkk. 2004. Keperawatan Dasar: Keperawatan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
Ely, Achmad, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Ketrampilan 1 untuk Mahasiswa D-3 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perawatan Luka

A. PERAWATAN LUKA DENGAN BALUTAN BASAH DAN LEMBAB (KOMPRES)

Pengertian
Tindakan perawatan luka dan kompres yang membutuhkan balutah basah atau lembap
Tujuan
1.              Mencegah, membatasi, atau mengontrol infeksi
2.              Mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan penyembuhan luka
3.              Menyerap drainase (eksudat)
4.              Mempertahankan lingkungan luka yang lembap
5.              Mengompres mata
Indikasi
1.             Luka kronis dan banyak drainase/ pus
2.             Luka yang banyak kehilangan jaringan kulit
Persiapan alat
1.             Satu set steril sesuai kebutuhan
2.             Plester
3.             Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4.             Sarung tangan bersih
5.             Sarung tangan steril
6.             Larutan normal saline steril (NaCl 0,9%)
7.             Kantong sampah infeksius
8.             Perlak dan alasnya
9.             Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (piala ginjal) dan mangkuk steril (kopyes) diatas troli
Prosedur
1.              Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2.              Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3.              Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4.              Berikan privasi
5.             Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping pasien
6.              Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7.              Cuci tangan
8.              Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9.              Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10.          Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11.          Tuang larutan normal saline pada balutan
12.          Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13.          Lepaskan sarung tangan
14.          Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15.         Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa di daerah steril tersebut
16.          Pakai sarung tangan steril
17.         Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau lubang
18.          Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi
19.         Bentangkan kasa lembap dan basa dalam lapisan tunggal dan tempatkan di bagian atas menutupi seluruh area
20.          Kemudian tutup dengan kasa kering pada balutan untuk menahannya
21.          Lepaskan sarung  tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
22.         Plester hanya  pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat digunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
23.         Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan penghalang tempat tidur
24.          Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
25.          Cuci tangan
26.          Bereskan alat-alat
27.          Catat dalam rekam medik

B. PERAWATAN LUKA DENGAN BALUTAN KERING
Pengertian
Tindakan pembersihan luka dan penggantian balutan kering
Tujuan
1.             Mencegah infeksi sekunder
2.             Luka bersih dan kering
3.             Meminimalkan mikroorganisme

Indikasi
Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai drainase minimal dan tidak ada jaringan yang hilang

Persiapan alat
1.             Satu alat steril sesuai kebutuhan
2.             Plester
3.             Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4.             Sarung tangan bersih
5.             Sarung tangan steril
6.             Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)
7.             Kantong sampah infeksius
8.             Perlak dan alasnya
9.             Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (Piala ginjal) dan mangkuk steril (Kopyes) diatas troli

Prosedur
1.             Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2.             Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3.             Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4.             Berikan privasi
5.             Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping pasien
6.             Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7.             Cuci tangan
8.             Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9.             Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10.         Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11.         Tuang larutan normal saline pada balutan
12.         Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13.         Lepaskan sarung tangan
14.         Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15.         Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa di daerah steril tersebut
16.         Pakai sarung tangan steril
17.         Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau lubang
18.         Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi
19.         Jika ada selang drain, bersihkan area drain dan sekitar area dengan gerakan sirkulasi (memutar kearah luar). Jangan menggunakan zat kimia sitotoksik  atau yang berbahaya
20.         Pasang beberapa kasa pada drain
21.         Tutup daerah luka dengan kasa steril
22.         Lepaskan sarung  tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
23.         Plester hanya  pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat digunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
24.         Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan penghalang tempat tidur
25.         Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
26.         Cuci tangan
27.         Bereskan alat-alat

Daftar pustaka:
Suparmi Yulia, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Citra aji Parama

BHD ( Bantuan Hidup Dasar )




BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)DAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)



Sistem pernapasan dan sirkulasi

a. Sistem pernapasan, fungsi :
Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2
Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )

Susunan saluran napas :
1. Mulut/hidung
2. Faring
3. Larings
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).

b. Sistem sirkulasi, fungsi :
Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Membantu membekukan darah bila terjadi luka

Sistem sirkulasi, terdiri dari :
1. Jantung
2. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
3. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
4. Saluran limfe

Pengertian mati klinis dan mati biologis

Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.

Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).

Tanda-tanda pasti mati :
a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.

Empat Komponen Rantai Survival :
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut

Tiga Komponen Bantuan Hidup Dasar :
a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.

Dua macam penyebab utama sumbatan jalan napas :
a. Lidah : ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
b. Benda asing : ( pada bayi dan anak kecil )

Dua macam cara membuka jalan napas
a. Teknik angkat dagu-tekan dahi : (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang).
b. Perasat pendorongan rahang bawah : (jaw thrust maneuver)

Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
Dua Teknik untuk membersihkan jalan napas :
a. Menempatkan posisi pemulihan
b. Sapuan jari

Mengenali sumbatan jalan napas
1. Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan
seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
2. Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran.

Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
a. Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
b. Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada

Prinsip dasar bantuan pernapasan
Dua Teknik bantuan pernapasan :

1. Menggunakan mulut penolong :
a. mulut ke masker RJP
b. mulut ke APD
c. mulut ke mulut/ hidung

2. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
a. penyebaran penyakit
b. kontaminasi bahan kimia
c. muntahan penderita

Frekwensi pemberian napas buatan untuk masing-masing kelompok umur penderita.
a. Dewasa : 10-12 x pernapasan / menit, masing-masing 1,5-2 detik
b. Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
c. Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik
d. Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit, masing-masing 1-1,5 detik

Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas :

1. Tanda pernapasan adekuat :
a. Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
b. Penderita tampak nyaman
c. Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )

2. Tanda pernapasan kurang adekuat :
a. Gerakan dada kurang baik
b. Ada suara napas tambahan
c. Kerja oto bantu napas
d. Sianosis ( kulit kebiruan )
e. Frekuensi napas kurang/ berlebih
f. Perubahan status mental

3. Tanda tidak bernapas :
a. Tidak ada gerakan dada / perut
b. Tidak terdengar aliran udara melalui mulut / hidung
c. Tidak terasa hembusan napas dari mulut / hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
a. Dewasa: 4 – 5 cm
b. Anak dan bayi : 3 – 4 cm
c. Bayi : 1,5 – 2,5 cm

Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
a. Tidak ada respon
b. Tidak ada napas
c. Tidak ada nadi
d. Alas RJP harus keras dan datar

a. Dua macam rasio pada RJP

1. Dewasa dikenal 2 rasio :
a. 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
b. 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus

2. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus

Catatan : untuk rasio pada tindakan RJP terjadi perubahan, tetapi karena buku acuannya
belum diterbitkan, maka dari redaksi GHIENT belum berani menampilkannya.

b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
1. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
2. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
3. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi,
menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )

c. Enam tanda RJP dilakukan dengan baik
1. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan
kita cukup baik.
2. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
3. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
4. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
5. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
6. Nadi akan berdenyut kembali

d. Lima macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP :
1. Patah tulang dada/ iga
2. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
3. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
4. Luka dan memar pada paru-paru
5. Robekan pada hati

e.Empat keadaan dimana tindakan RJP di hentikan, yaitu :
1. penderita pulih kembali
2. penolong kelelahan
3. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
4. jika ada tanda pasti mati

f.Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN AKIBAT

1. Penderita tdk berbaring pd bidang keras PJL kurang efektif

2. Penderita tidak horisontal Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang

3. Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu

4. Kebocoran saat melakukan napas buatan Napas buatan tidak efektif

5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Napas buatan tidak efektif
mulut penderita kurang terbuka

6. Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru

7. Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang

Prosedur Mencuci Tangan

PROSEDUR MENCUCI TANGAN STERIL

A. PERSIAPAN ALAT & BAHAN
  1. Sabun anti mikroba
  2. Kertas Tisue
  3. Handuk steril
  4. Kikir pembersih kuku
  5. Tempat handuk kotor
  6. Bengkok
  7. Sikat
  8. Spon
  • Prinsip perawat cuci tangan steril sebelum asisten pembedahan di ruang operasi
  • Jangan sampai mengenai pakaian yang dikenakan perawat
  • Saat dan setelah cuci tangan jangan sampai menyentuh benda yang tidak steril
B. PROSEDUR KERJA
  1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang ditarik ke atas
  2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
  3. Berdiri di depan westafel jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh westafel
  4. Seragam yang digunakan harus tetap kering
  5. Tuangkan sabun 2 - 5 cc kedalam tangan, sabun tangan lengan hingga 5 cm di atas siku
  6. Bersihkan kuku bila kotor dengan kikir dan letakan pada tempat atau bengkok
  7. Basahi sikat / spon dan beri sabun kembali
  8. Jumlah gerakan 20 gerakan untuk tangan, 30 gerakan untuk kuku, sikat di pegang tegak lurus terhadap kuku
  9. Sikat jari - jari termasuk sela jari, sikat telapak tangan, punggung tangan
  10. Basahi sikat dan beri sabun kembali
  11. Bagi tangan menjadi 3 bagian, 1/3 pergelangan tangan bawah dengan arah memutar, lanjutkan 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian atas. tangan dalam posisi fleksi dengan jari - jari menghadap ke atas selama prosedur
  12. Ulangi langkah ini pada yang satunya lagi (tangan kiri)
  13.  Dengan tangan posisi fleksi bilas dengan seksama ujung jari ke siku tangan kiri dan ulangi pada tangan kanan
  14. Matikan kran dengan siku
  15. Ambil handuk steril yang ada di atas kemasan pastikan tidak ada apapun atau benda dekat dari jangkauan anda
  16. Buka handuk steril secara maksimal pagang satu bagian putar dari jari ke siku
  17. Dengan hati - hati pindahkan handuk ke lengan satunya
  18. Buang handuk pada tempat yang disediakan
  19. Bila akan menggunakan sarung tangan steril dapat dikeringkan hanya dengan kertas tisue
C. HASIL
  1. Tangan bersih
  2. Lingkungan rapi dan bersih
Respon dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan benar

Menggunakan Handscoon

PROSEDUR MENGENAKAN & MELEPAS SARUNG TANGAN STERIL

A. PERSIAPAN ALAT & BAHAN
  1. Sarung tangan steril sesuai ukuran yang diinginkan
  2. Alat - alat untuk mencuci tangan
  3. Handscoon
  4. Bengkok
B. PROSEDUR KERJA
  1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang di tarik ke atas
  2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka
  3. Perawat mencuci tangan
  4. Buka pembungkus bagian luar dari kemasan sarung tangan dengan memisahkan sisi - sisinya
  5. Jaga agar sarung tangan tetap di atas permukaan bagian dalam pembungkus
  6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, gunakan sarung tangan pada tangan yang dominan terlebih dahulu
  7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tangan yang non dominan pegang tepi mancet sarung tangan untuk menggunakan sarung tangan dominan
  8. Dengan tangan yang dominan dan bersarung tangan selipkan jari - jari ke dalam mancet sarung tangan kedua
  9. Kenakan sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan
  10. Jangan biarkan jari -jari tangan yang sudah bersarung tangan menyentuh setiap bagian atau benda yang terbuka
  11. Setelah sarung tangan kedua digunakan mancet biasanya akan jatuh ke tangan setelah pemakaian sarung tangan
  12. Setelah kedua tangan bersarung tangan tautkan kedua tangan ibu jari adduksi ke belakang
  13. Pastikan setelah pemakaian sarung tangan steril hanya memegang alat - alat steril
Melepaskan Sarung tangan
  1. Pegang bagian luar dari satu mancet dengan tangan bersarung tangan, hindari menyentuh pergelangan tangan
  2. Lepaskan sarung tangan dengan dibalik bagian luar kedalam, buang pada bengkok
  3. Sarung tangan
  4. Dengan ibu jari atau telunjuk yang tidak memakai sarung tangan, ambil bagian dalam sarung tangan lepaskan sarung tangan kedua dengan bagian dalam keluar, buang pada bengkok 
C. HASIL
  1. Sarung tangan terpakai dengan baik
  2. Tidak terjadi kontaminasi
  3. Sarung tangan sesuai ukuran
  4. Sarung tangan tidak robek
  5. Lingkungan rapih dan bersih